Fenomena harga sirih di Nabire selalu terjadi dan sangat di
pengaruhi oleh musim dan juga sarana transportasi dalam hal ini kapal putih
milik Pelni. Jika di waktu normal harga sirih dapat menembus harga 30 rb per
kilonya untuk sirih lokal Nabire dan 20 rb buat sirih dari luar Nabire.
Makan pinang bagi masyarakat Papua adalah hal yang biasa dan
merupakan budaya, pinang memiliki arti sosial yang sangat tinggi, kita bisa
berbagi dan juga bersosialisasi dengan orang lain bahkan mungkin orang yang
tidak kita kenal hanya dengan berbagi buah pinang.
Pinang juga di gunakan dalam
ritual-ritual tertentu seperti membayar peminangan, pembayaran emaskawin,
gunting rambut dan juga penyelesaian konflik dan masalah lainnya.
Bagi orang yang suka akan buah pinang biasanya juga harus
menyiapkan tempat atau kantong tersendiri untuk menyimpan buah pinang dan juga
tempat kapur serta sirih.
Pinang, sirih dan kapur
adalah satu paket, jika ingin merasa nikmatnya buah pinang ya harus di padukan
dengan sirih dan kapur, dan umumnya sirih yang di makan adalah buahnya dan
kapurnya adalah kapur kering yang diperoleh dari membakar dan menumbuk baik
karang di laut atau kulit bia atau kerang.
Kembali ke sirih, bahwa sirih saat ini merupakan komoditi yang
memiliki nilai bisnis yang sangat tinggi, sirih bagi masyarakat Papua lebih
tinggi nilainya dari pada buah apapun, padahal sekalipun kita makan ni siri
sebanyak 1 kilo juga tidak bakal kenyang, ha ha ee.
Masyarakat asli Papua sebagai pemilik tanah adat bedasarkan
warisan moyang lebih fokus menanam pinang ketimbang pohon sirih, alhasil dapat kita
lihat bahwa harga buah sirih melambung sangat tinggi dan harganya tidak stabil karena
jujur saja bahwa sirih di Nabire di kuasai oleh masyarakat Buton, mereka yang
menguasai ladang sirih berhektar-hektar dan juga Bandar besar pemasok sirih di
Nabire adalah mereka sehingga mereka memiliki
andil besar dalam memainkan harga sirih di Nabire.
Suka tidak suka ya suka-suka dia, namanya juga orang bisnis
!!
Kembali pada teori ekonomi “ Dengan modal yang sedikit akan
mendapatkan hasil yang melimpah”
Pertanyaannya kenapa orang Papua tidak mau menanam sirih
padahal merekalah konsumer itu sendiri ? Jawabannya adalah karena mereka
adalah konsumer sirih sehingga sirih tidak akan selamat, entah di pekarangan
rumah atau di kebun, alasannya karena pohon sirih inikan termasuk jenis tumbuhan yang
menjalar dan berbuah sangat dekat dengan tanah sehingga mudah dipetik orang,
coba bandingkan dengan pohon pinang yang tingginya mintah ampun jika telah
berusia lama sehingga proses mengambilnya juga membutuhkan usaha, lagian
kembali pada gambaran diatas bahwa sirih di Nabire dikuasai oleh saudara-saudara
kita dari Buton karena mereka juga bukan pemakan pinang, hanya melihat prospek
dan peluang bisnis untuk dapat menumpuk pundi-pundi keuangan mereka dengan
mengusahakan tanah yang mereka miliki untuk menanam sirih.
Fenomena @ILoveNabire
Tidak ada komentar:
Posting Komentar