Jumat, 21 Agustus 2015

NOKEN KITA



Siapa yang tidak kenal NOKEN ??
Noken adalah kantong khas orang Papua yang oleh Unesco telah dipatenkan dan diakui sebagai milik dan warisan Indonesia demikian kira-kira.

Dahulu orang membuat noken dengan menggunakan bahan alami dari kulit kayu tertentu  yang dikeringkan dan dirajut serta dinyulam menjadi tas atau noken dan pewarnaannya juga menggunakan bahan alami seperti dari buah dan geta kayu.

Noken bagi masyarakat Papua sangat penting keberadaannya karena fungsi noken sendiri sangat komlex diantaranya dapat berfungsi sebagai penampung hasil kebun untuk dibawah pulang dari kebun, menampung hasil buruan atau tangkapan, menggendong  anak kecil serta menyimpan benda-benda yang mempunyai nilai sejarah atau budaya.

Seiring kemajuan zaman, kini nokenpun sebagai kantong asli orang Papua tak ketinggalan, perpaduan benang dan corak warna terang membuat noken hadir semakin modif, tapi tidak meninggalkan bentuk alaminya.

Pemerintah Provinsi Papua telah mengintruksikan kepada PNS di seluruh Papua untuk wajib menggunakan Noken dan batik khas Papua pada hari kamis setiap minggu, melaui instruksi Gubernur Papua Nomor 3 tahun 2014 tentang Gerakan Melestarikan Budaya Papua dan Pangan Lokal.

 Hal ini dimaksudkan agar semua kita yang berada di Papua baik orang asli maupun pendatang dapat menghargai keberadaan Noken sebagai budaya asli Papua, sehingga rasa memiliki Papua dapat tertanam di dalam hati semua warga Papua.

Dampak dari intruksi Gubernur Papua tersebut, kini mama-mama Papua telah menyulam noken dengan corak dan motif khas Papua serta diperjual belikan, hal ini tentu merupakan dampak positif karena secara tidak langsung terbuka lapangan kerja serta mengatasi masalah kemiskinan.

Permasalahannya adalah bahwa pemerintah daerah khususnya kabupaten Nabire tidak tanggap dengan fenomena noken ini. Maksud saya adalah bahwa paling tidak pemerintah daerah Nabire menyiapkan tempat yang layak serta mudah diakses oleh penggemar dan juga pembeli noken tersebut.
Di sini di Nabire, tepatnya di depan Taman Kota (Taman Gizi) dapat kita jumpai mama-mama kita orang asli Papua yang setiap hari menjual noken tanpa tutup kepala atau tempat menjual yang manusiawi.

Ini adalah tanah mereka, dan mereka menjual hasil karya mereka yang juga adalah hasil dari budaya kita, kenapa sulit bagi Pemerintah Daerah ini untuk meresponya dengan menyiapkan tempat yang layak dan manusiawi.

Beberapa bulan yang lalu, saya melihat hanya beberapa noken saja yang dipajang buat dijual sementara yang lainnya masi dinyulam dengan hanya 2 orang mama yang berjualan, hari ini telah ada beberapa mama-mama yang berjualan dengan sederet noken yang tergantung sebagai pajangan. Sepintas noken-noken tersebut sangat indah dipandang karena perpaduan warnah yang cerah dan corak yang khas Papua, tetapi secara manusiawi sangat tidak masuk akal jika membiarkan mama-mama tersebut berjemur panas untuk menjajahkan hasil nyulam mereka, syukur hanya panas saja, bagaimana klau musim penghujan yang jelas aktifitas penjualan tidak ada sama sekali.

Sebaiknya Pemerintah Nabire telah berpikir bagaimana caranya agar mama-mama tersebut dapat dibuatkan tempat yang layak dan masuk akal serta mudah diakses oleh calon pembeli.

Kalau saya pribadi lebih setuju agar noken-noken tersebut di jual atau dipajang di blok-blok airport Nabire, disana banyak blok yang kosong dan hanya disewahkan pada pedagang warung, alangka baiknya diberikan kepada mama-mama asli Papua ini untuk memajangkan hasil kerajinan mereka, agar tamu daerah yang datang ke Nabire bias melihatnya dan menjadikan noken kita sebagai cendera mata bahkan digunakan oleh mereka sebagai penunjang aktivitas mereka, itupun kalau kita berpihak pada masyarakat kecil orang asli Papua.

Kamis, 20 Agustus 2015

KARNAVAL DI NABIRE



Karnaval merupakan pertunjukan berjalan dan umumnya dilakukan di jalan raya dengan melibatkan kalayak banyak, baik yang berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan.

Di Nabire, umumnya karnaval dilaksanakan sehari setelah HUT RI atau tepatnya tanggal 18 agustus, dengan diikuti oleh pelajar SD, SMP, SMA, SMK, Universitas, Tentara, Polisi, Instansi Pemerintah baik Otonom maupun vertical serta sanggar, kompleks, suku/etnik, bengkel dan toko.

Pada karnaval sendiri banyak hal yang dipertunjukan dari masing-masing kontestan mewakili instansi atau lembaga baik formal dan nonformal tersebut. Dan hampir terasa komplit jika kita menyaksikan karnaval secara langsung, dimana anak-anak dengan berbagai pakaian profesi yang menggambarkan minat dan cita-cita mereka yang telah diimpikan sejak dini berjalan dengan langka yang gagah dan pasti. Demikian juga adik-adik SMP bahkan SMA dan SMK dengan penuh penghayatan dalam hayalan  menggunakan pakaian profesi dan mungkin merasa bahwa hal itu adalah nyata walau hanya berlangsung dalam satu hari saja, ha ha ha asal tidak dicap gadungan eee..Justkidding…

Instansi pemerintah-pun tidak ketinggalan baik otonom maupun vertical masing-masing bersaing mempertunjukan tugas pokok masing-masing (TUPOKSI) dalam melayani masyarakat, serta target  yang telah dicapai menyangkut bidang tugasnya dan target diwaktu yang akan datang.

Menjadi penonton karnaval sebenarnya sangat asik juga, kita jadi banyak tahu tentang instansi atau bagian-bagian penting penting yang ada di daerah kita, serta melihat  kekompakan peserta yang seakan berpadu menjadi satu.
Ini adalah pesta rakyat yang sebenarnya, semua warga berbaur dan sejenak melupakan rutinitas kesibukan yang mungkin banyak menguras tenaga dan konsentrasi.
Setelah merayakan HUT RI dan mengsyukuri Rahmat Tuhan bagi bangsa Indonesia dalam alam kebebasan yang dinamakan kemerdekaan, kini saatnya kita mengisi kemerdekaan tersebut dengan pengabdian diberbagai sektor profesi yang kita jalani  dengan semboyan KERJA DAN KERJA., itulah makna KARNAVAL sebenarnya menurut saya, bagaimana dengan anda ?

Rabu, 19 Agustus 2015

YOSPAN



Menjelang 17 Agustus setiap tahunnya di Nabire banyak kegiatan yang laksanakan oleh Panitia HUT RI diantaranya lomba gerak jalan, yospan jalan, lari 10 KM, dayun dan paduan suara serta solo lagu-lagu perjuangan.

Dari beberapa lomba diatas yang banyak menarik minat dan antusias warga Nabire hingga berbondong-bondong datang menyaksikan perlombaan tersebut adalah Yosim Pancar atau yang di singkat Yospan.

Hal ini dapat dimaklumi karena Yospan sendiri adalah merupakan budaya asli Papua dan pertunjukannya di Nabire hampir jarang dilaksanakan, dan hanya dilaksanakan dalam bentuk yospan jalan setahun sekali menjelang HUT kemerdekaan Negara kita.

Yospan saat ini telah berkembang sangat jauh, dari kostum hingga fariasi para penari banyak mengalami modifikasi.
Kostum dengan corak warnah cerah membuat penari yospan kelihatan kren dengan warna-warni aksesorisnya.
Tapi tidak berarti pakaian tradisional ditiadakan, ada beberapa sanggar di Nabire yang tetap mempertahankan corak atau busana radisional bagi para penarinya, mungkin saja mereka bermaksud untuk menjega serta melestarikan budaya Papua yang sebenarnya.

Yospan sendiri merupakan tarian pergaulan atau persahabatan antara muda-mudi sebagai ungkapan rasa suka dan sayang yang di kemas melalui lagu dan tarian.
Sekalipun yospan merupakan tarian bagi muda-mudi namun tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang telah berkeluarga untuk tidak bergabung, namanya juga hobi dan seni sehingga siapa saja dapat terlibat didalamnya.
Harapan kami semoga tarian yosim pancar ini dapat dilestarikan keberadaannya di Papua, jangan hanya dilaksanakan setahun sekali seperti menjelang HUT RI tapi Pemda Provinsi serta Kabupaten dan Kota di Papua dan Papua Barat menprogramkan agar pelaksanaan perlombaan bagi warga di Papua paling tidak tiga kali dalam setahun, agar tarian khas kami orang Papua tidak hilang atau dilupakan begitu saja, bahkan dilestarikan buat anak cucu kita di waktu mendatang.