Siapa yang tidak kenal NOKEN ??
Noken adalah kantong khas orang Papua yang oleh Unesco telah
dipatenkan dan diakui sebagai milik dan warisan Indonesia demikian kira-kira.
Dahulu orang membuat noken dengan menggunakan bahan alami
dari kulit kayu tertentu yang
dikeringkan dan dirajut serta dinyulam menjadi tas atau noken dan pewarnaannya
juga menggunakan bahan alami seperti dari buah dan geta kayu.
Noken bagi masyarakat Papua sangat penting keberadaannya
karena fungsi noken sendiri sangat komlex diantaranya dapat berfungsi sebagai
penampung hasil kebun untuk dibawah pulang dari kebun, menampung hasil buruan
atau tangkapan, menggendong anak kecil
serta menyimpan benda-benda yang mempunyai nilai sejarah atau budaya.
Seiring kemajuan zaman, kini nokenpun sebagai kantong asli
orang Papua tak ketinggalan, perpaduan benang dan corak warna terang membuat
noken hadir semakin modif, tapi tidak meninggalkan bentuk alaminya.
Pemerintah Provinsi Papua telah mengintruksikan kepada PNS
di seluruh Papua untuk wajib menggunakan Noken dan batik khas Papua pada hari
kamis setiap minggu, melaui instruksi Gubernur Papua Nomor 3 tahun 2014 tentang
Gerakan Melestarikan Budaya Papua dan Pangan Lokal.
Hal ini dimaksudkan
agar semua kita yang berada di Papua baik orang asli maupun pendatang dapat
menghargai keberadaan Noken sebagai budaya asli Papua, sehingga rasa memiliki
Papua dapat tertanam di dalam hati semua warga Papua.
Dampak dari intruksi Gubernur Papua tersebut, kini mama-mama
Papua telah menyulam noken dengan corak dan motif khas Papua serta diperjual
belikan, hal ini tentu merupakan dampak positif karena secara tidak langsung
terbuka lapangan kerja serta mengatasi masalah kemiskinan.
Permasalahannya adalah bahwa pemerintah daerah khususnya
kabupaten Nabire tidak tanggap dengan fenomena noken ini. Maksud saya adalah
bahwa paling tidak pemerintah daerah Nabire menyiapkan tempat yang layak serta
mudah diakses oleh penggemar dan juga pembeli noken tersebut.
Di sini di Nabire, tepatnya di depan Taman Kota (Taman Gizi)
dapat kita jumpai mama-mama kita orang asli Papua yang setiap hari menjual
noken tanpa tutup kepala atau tempat menjual yang manusiawi.
Ini adalah tanah mereka, dan mereka menjual hasil karya
mereka yang juga adalah hasil dari budaya kita, kenapa sulit bagi Pemerintah
Daerah ini untuk meresponya dengan menyiapkan tempat yang layak dan manusiawi.
Beberapa bulan yang lalu, saya melihat hanya beberapa noken
saja yang dipajang buat dijual sementara yang lainnya masi dinyulam dengan
hanya 2 orang mama yang berjualan, hari ini telah ada beberapa mama-mama yang
berjualan dengan sederet noken yang tergantung sebagai pajangan. Sepintas
noken-noken tersebut sangat indah dipandang karena perpaduan warnah yang cerah
dan corak yang khas Papua, tetapi secara manusiawi sangat tidak masuk akal jika
membiarkan mama-mama tersebut berjemur panas untuk menjajahkan hasil nyulam
mereka, syukur hanya panas saja, bagaimana klau musim penghujan yang jelas
aktifitas penjualan tidak ada sama sekali.
Sebaiknya Pemerintah Nabire telah berpikir bagaimana caranya
agar mama-mama tersebut dapat dibuatkan tempat yang layak dan masuk akal serta
mudah diakses oleh calon pembeli.
Kalau saya pribadi lebih setuju agar noken-noken tersebut di
jual atau dipajang di blok-blok airport Nabire, disana banyak blok yang kosong
dan hanya disewahkan pada pedagang warung, alangka baiknya diberikan kepada
mama-mama asli Papua ini untuk memajangkan hasil kerajinan mereka, agar tamu
daerah yang datang ke Nabire bias melihatnya dan menjadikan noken kita sebagai cendera
mata bahkan digunakan oleh mereka sebagai penunjang aktivitas mereka, itupun
kalau kita berpihak pada masyarakat kecil orang asli Papua.
Sepakat dengan bapak. Harusnya ada tempat khusus untuk jualan noken.
BalasHapus